Indikator Moving average (MA) adalah salah satu indikator yang berguna untuk “memperhalus” pergerakan harga pada chart. Untuk periode tertentu MA mencari rata-rata harga penutupan dari sebuah currency pair. Cara memasukkan indikator ini ke tampilan chart, anda hanya tinggal melakukan klik tombol “Insert”, “Indicator”, “Trend”, lalu pilih “Moving Average” seperti contoh gambar yang disajikan di bawah ini:
Setelah itu, anda tinggal memasukkan angka di kolom “Period”. Apabila anda memasukkan angka 8, maka indikator ini akan mengambil harga penutupan dari 8 candlestick terakhir dan mencari rata-rata dari 8 candlestick tersebut. Semakin makin banyak angka period yang anda masukkan, maka semakin “halus” garis MA yang akan terbentuk.
Semakin halus garis yang muncul, maka makin lambat indikator MA bereaksi terhadap pergerakan harga. Dan sebaliknya, jika garis yang terbentuk semakin kasar, maka ia akan bereaksi lebih cepat terhadap pergerakan harga.
Mari kita bahas dua jenis moving average yang biasa digunakan oleh para trader, yakni simple moving average, serta exponential moving average.
SIMPLE MOVING AVERAGE
Simple moving average (SMA) adalah jenis yang paling simple dan sederhana di analisis forex. Perhitungan SMA pun terbilang mudah. Jika anda memasukkan angka 5 di kolom period di time frame 1 jam (H1), maka indikator ini akan menjumlahkan lima harga penutupan terakhir, lalu hasilnya dibagi 5. Gampang bukan?
Tentunya sangat penting bagi anda untuk mengetahui dasar dari SMA ini agar anda bisa mengedit dan memaksimalkan settingan indikator ini sesuai dengan keinginan anda. Dengan demikian, ketika menghadapi situasi pasar yang berbeda anda bisa menyusun strategi yang berbeda juga.
Perlu diketahui bahwa kinerja dari SMA sifatnya tertunda. Anda hanya bisa melihat pergerakan umum yang sudah terjadi dan kemungkinan arah pergerakan harga berikutnya. Tapi, MA tidak akan bisa memberikan kepastian ke mana harga akan bergerak! Berikut contohnya:
Terlihat jelas pada gambar di atas, semakin tinggi angka period yang dimasukkan, maka akan semakin lamban garis tersebut mengikuti pergerakan harganya. Anda bisa melihat bagaimana garis 50 SMA pergerakannya tidak selincah garis 10 SMA. Hal ini dikarenakan garis 50 SMA adalah nilai penutupan rata-rata dari 50 candlestick terakhir.
Kita bisa secara jelas melihat seperti apa sentimen yang sedang terjadi di pasar forex dari ketiga garis SMA diatas. Kita bisa melihat secara jelas bahwa pasar forex sedang mengalami uptrend, sangat jelas terlihat dari ketiga garis SMA yang bergerak naik. Setelah itu pasar forex bergerak mendatar yang menandakan bahwa tidak ada trend yang sedang terjadi.
Indikator MA akan memberikan kita pandangan yang lebih luas mengenai kondisi pasar forex yang akan terjadi apabila dibandingkan dengan pergerakan harga yang sedang terjadi saat ini. Dengan ini, kita bisa mengira akan ke manakah pergerakan pasar forex yang akan terjadi kedepannya.
Namun tetap ada kekurangan dari SMA ini yaitu sangat mudah dipengaruhi oleh pergerakan harga yang terjadi secara tiba-tiba atau fluktuatif, seperti misalnya saat pengumuman berita yang penting. Nah, pergerakan harga forex yang terjadi secara tiba-tiba ini sangat mungkin akan memberikan sinyal palsu kepada para trader.
Untuk menghindari sinyal palsu seperti ini, ada cara lain yang bisa kita tempuh, yaitu salah satunya adalah menggunakan Exponential Moving Average (EMA).
EXPONENTIAL MOVING AVERAGE
Exponential Moving Average (EMA) ini tidak mudah dipengaruhi oleh pergerakan harga yang tiba-tiba jika dibandingkan dengan SMA. Sebagai contoh, jika kita menggunakan 8 SMA untuk time frame H1, maka indikator akan mencari rata-rata harga penutupan 8 candlestick terakhir.
Jika di salah satu candlestick terjadi lonjakan harga, maka keseluruhan nilai SMA akan naik dan mengakibatkan kita mendapatkan sinyal yang tidak akurat. Namun apabila kita menggunakan EMA, tentunya kita akan mendapatkan sinyal yang lebih akurat ketimbang SMA. Hal ini dikarenakan EMA lebih menitikberatkan pada pergerakan harga yang lebih baru dibandingkan dengan pergerakan harga rata-rata. Berikut adalah contoh gambarnya:
Jelas terlihat pada gambar di atas garis biru (EMA) selalu bergerak lebih dekat dengan candlestick dibandingkan dengan garis merah (SMA). Hal ini berarti EMA lebih menjelaskan pergerakan harga terbaru dan memberikan penekanan kepada apa yang baru saja terjadi. Sebagai seorang trader, pastinya anda ingin mendapatkan update harga terkini jika dibandingkan dengan apa yang sudah terjadi beberapa waktu yang lalu bukan?
SMA VS EMA
Mungkin anda akan bertanya, indikator MA manakah yang lebih baik? Dan untuk jawabannya pastinya tergantung dari anda sendiri sebenarnya. Jika anda lebih menginginkan indikator yang reaksinya lebih cepat terhadap pergerakan harga, seperti misalnya di awal-awal trend, maka EMA adalah pilihan yang tepat bagi anda.
Dengan EMA anda bisa mendeteksi trend lebih awal dan pastinya keuntungan yang anda dapatkan akan lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang menunggu konfirmasi akan adanya trend.
Namun kekurangan dari EMA adalah sinyal yang kurang akurat pada saat pasar sedang konsolidasi. Hal ini dikarenakan indikator bereaksi dengan cepat terhadap perubahan harga, anda mungkin beranggapan bahwa trend sedang terbentuk, padahal yang terjadi hanyalah sebuah lonjakan harga.
Namun jika anda ingin membaca arah trend yang sedang terjadi, maka SMA dengan periode yang panjanglah yang paling tepat untuk anda. Meskipun SMA bereaksi dengan lambat terhadap pergerakan harga forex, jadi anda bisa terhindari dari lonjakan harga yang terjadi secara tiba-tiba. Kekurangan dari SMA ini adalah anda mungkin akan ketinggalan momen yang penting saat sedang terjadinya trend yang mungkin bisa memberikan anda keuntungan.
Namun , ada juga trader yang menggunakan SMA dan EMA secara bersamaan agar dapat memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai apa yang sedang terjadi di pasar forex. Menggunakan SMA dengan periode yang panjang digunakan untuk membaca trend harga, sedangkan EMA digunakan untuk mencari kapan waktu yang tepat untuk masuk ke pasar forex.
PENGGUNAAN MA dapat mengidentifikasi trend
Untuk mengetahui pergerakan trend, sebelumnya kita sudah mengetahui bahwa MA bisa digunakan. Namun caranya bagaimana? Caranya adalah seperti ini; ketika pergerakan harga forex terus berada di ATAS garis MA, ini berarti UPTREND sedang terjadi . Namun jika pergerakan harga terus terjadi di BAWAH garis MA, ini artinya DOWNTREND sedang terjadi.
Masalahnya, metode ini memang terlalu sederhana. Sinyal-sinyal palsu banyak diberikan pada saat sering terjadinya lonjakan harga. Contoh di bawah ini kita bisa melihat candlestick yang panjang terbentuk yang menandakan adanya lonjakan harga di pasar forex, namun ternyata harga terus naik.
Akan tetapi ternyata sinyal yang diberikan tidak tepat! Harga kembali naik setelah sempat membentuk dua candlestick yang terlihat bearish.
Namun untuk mengatasi hal ini, ada baiknya kita memasukkan lagi sebuah garis MA namun dengan periode yang lebih besar untuk menghindari kejadian diatas. Berikutnya pada contoh gambar di bawah, kami sudah mencoba menambahkan MA dengan periode 20 selain MA dengan periode 10:
Perhatikan bagaimana garis SMA – 20 ( warna biru) selalu berada di bawah garis SMA – 10 ( warna merah). Dengan menggunakan kombinasi dari kedua SMA ini, anda bisa mengkonfirmasi mengenai trend yang sedang terjadi, jadi anda akan terhindar dari fakeout atau sinyal MA yang tidak akurat akibat adanya lonjakan harga.
CARI SINYAL MASUK PASAR DENGAN CROSSOVER
Dalam
pengertiannya, crossover adalah persilangan antara dua garis MA dengan periode
yang berbeda. Bila dua garis MA saling bersilangan, ini adalah sebuah tanda
bahwa sebuah trend akan segera berganti arah pergerakannya. Menggunakan sinyal
ini, anda bisa mendeteksi lebih awal kapan trend akan berbalik arah dan buka
order di saat yang tepat.
Berikut contoh gambar dari crossover:
Jika dilihat dari contoh gambar di atas, garis SMA 10 (merah) memotong garis SMA 20 (biru) yang pergerakannya lebih lambat. Jika anda mengikuti sinyal ini, anda bisa menghasilkan ratusan pip dalam waktu yang singkat! Keren kan?!
Sayangnya kekurangan dari metode ini hanya bagus di saat pasar sedang trending. Namun di saat pasar sedang sideways anda bisa jadi mendapatkan banyak sekali crossover namun akan cepat sekali berganti arah dari waktu ke waktu.
Seperti misalnya pada gambar di atas. Setelah crossover yang merupakan permulaan dari sebuah downtrend, pasar kemudian bergerak sideways. Terlihat ada banyak sekali crossover yang terjadi, namun dengan tidak adanya trend, akan sulit sekali membukukan keuntungan. Yang ada, anda akan terus terkena stop loss jika anda buka order setiap adanya cross over.
MA SEBAGAI SUPPORT & RESISTANCE
Support & resistance adalah fungsi lain dari indikator moving average yang bisa anda gunakan karena sifatnya dinamis. Biasanya kita menggunakan garis horizontal untuk menentukan level support & resistance, maka kali ini kita akan menggunakan garis MA yang gerakannya mengikuti perkembangan harga.
Berikut adalah contoh dengan menggunakan pair EUR/USD dengan SMA 50.
Kita bisa dilihat bahwa SMA 50 di sini bisa berfungsi sebagai support karena harga tak pernah bergerak di bawah garis ini. Harga memang bergerak turun, namun tak mampu menutup di bawah garis SMA 50 pada periode tersebut. Namun perlakukan support & resistance sama dengan support & resistance yang standar (garis horizontal). Maksudnya disini adalah, tak selamanya garis MA sebagai support selalu dipatuhi oleh pasar.
Oleh karena itu, banyak trader menggunakan dua garis MA dan hanya open order di saat harga masuk ke “zona” yang tercipta di antara kedua garis tersebut. Berikut adalah contohnya:
Pada saat kondisi pasar sedang mengalami downtrend seperti di atas, kita bisa menggunakan metode ini untuk menentukan waktu terbaik untuk masuk pasar dan mencetak keuntungan setiap kita membuka order. Coba perhatikan bagaimana harga selalu bergerak turun saat masuk ke “zona” yang berada di antara garis SMA 30 dan SMA 60.
SUPPORT & RESISTANCE DINAMIS ALA MOVING AVERAGE
Seperti halnya support & resistance yang berbentuk garis horizontal, ada kalanya harga pasar akan bergerak menembus garis support & resistance dinamis yang sudah kita bentuk. Nah uniknya, garis MA yang tadinya berfungsi sebagai support, namun setelah harga bergerak menembusnya garis MA tersebut beralih fungsi sebagai resistance. Berikut contoh gambarnya:
Terlihat
jelas setelah menjadi support yang cukup kuat selama beberapa waktu, ketika
harga melanggar garis MA lalu garis tersebut beralih fungsi sebagai resistance.
Unik bukan?
Tetapi perlu anda ketahui, bahwa penggunaan indikator MA ini kembali
kepada dari masing-masing trader dalam
penggunaannya. SMA atau EMA, serta berapa period yang digunakan sangatlah
subjektif dari kacamata masing-masing trader.